Pati, RadarMuria.Com
Kebudayaan sebagai bagian dari sendi - sendi kehidupan masyarakat, telah berlangsung secara turun - menurun, mulai dari nenek moyang atau leluhur hingga generasi saat ini.
Penghormatan kepada leluhur pada waktu tertentu, diyakini sebagai sesuatu yang wajib dan tidak bisa ditinggalkan, misalnya Sedekah Bumi.
Pada sasi Apit (penanggalan Jawa) menjadi waktu untuk menyedekahi bumi, dimaknai sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat kepada Tuhan YME atas karunia yang dilimpahkan.
Sekaligus didedikasikan untuk menghormati leluhur atau yang menjadi cikal bakal desa setempat.
Rasa syukur dan penghormatan itu diwujudkan dengan memanjatkan doa, bancaan selamatan dan pertunjukan seni - budaya.
Sebagaimana yang dilakukan oleh Desa Karangsari Kecamatan Cluwak, dalam rangka Sedekah Bumi, mengadakan berbagai kegiatan, baik yang bersifat ritual maupun bersifat hiburan.
Di punden cikal bakal desa tersebut, dilakukan selamatan dan ritual wajib yaitu beksan tayub oleh kepala desa bersama perangkatnya, pada Senin Pahing (5/8).
Dan pada Selasa siang (6/8) digelar iringan jembul atau gunungan sebagai bentuk 'persembahan' bercirikan seni dan budaya dari masing - masing wilayah.
Iringan berakhir di halaman balai desa, selanjutnya dilakukan pembagian doorprize bagi peserta yang berkupon dan beruntung. Juga disediakan hadiah utama seekor kambing, khusus dari Kepala Desa Karangsari.
Kepala Desa Karangsari melalui tokoh masyarakat setempat, H. Ali Sapuan mengatakan, kegiatan sedekah bumi ini untuk menghormati leluhur sekalugus ungkapan syukur kepada Allah SWT.
"Acara inti adalah selametan dan tayub di punden cikal bakal Desa Karangsari", terang Ali Sapuan.
Ia menambahkan, pelaksanaan sedekah bumi tahun ini, berbeda daripada tahun sebelumnya, yaitu tidak ada karnaval namun diganti dengan iringan jembul atau gunungan dari masing - masing wilayah.
Haji Ali pun berharap, rasa persatuan dan kerukunan antar warga Karangsari dapat terbina dan terjaga, dalam rangka menyukseskan program pembangunan.
Terakhir, adalah pergelaran wayang kulit semalam suntuk pada Selasa malam, menampilkan Dalang Ki Sulardiyanto Pringgo Carito, S. Sen dengan mengambil lakon Abimanyu Pinayungan.
Cerita tersebut, menurut konseptor pagelaran wayang Nuryanto Artaf yang juga sutradara dari Garuda Buana Indofilm menuturkan, bahwa pelajaran ketika seseorang itu tetap konsisten pada pendirian walaupun dicaci, difitnah bahkan dibunuhpun akan tetap tegar dan tetap menjadi pengayom rakyat, dengan kesederhanaan tanpa pamrih.
Yang menarik dari pergelaran itu adalah bintang tamu Sinden Agnes Serfozo yang berasal dari Hungaria.
Desa Karangsari terdiri atas 8 Rw dan 36 Rt meliputi 5 perdukuhan, yaitu Gibing, Cluwak, Sayang, Godang dan Jentir.
Saat ini, desa yang mendapat sebutan Desa Pancasila itu, dipimpin oleh Kepala Desa Hj. Ismatun, yang akan berakhir masa jabatannya pada April 2021 mendatang.
(RM. Usman)
0 komentar:
Posting Komentar