BUPATI PATI BELUM BERI IZIN PENTAS HIBURAN, DITUNDA HINGGA PERSEBARAN COVID-19 MEREDA

Ratusan pegiat seni berunjukrasa meminta diizinkan menggelar pementasan ditengah Covid-19



Pati, RadarMuria.Com
Menanggapi kegiatan doa bersama dan penyampaian pendapat dimuka umum yang digelar para pegiat seni di depan Kantor Setda dan Alun - alun Pati, Kamis (9/7), Bupati Pati Haryanto menegaskan, pementasan panggung hiburan yang berpotensi menimbulkan kerumunan, ditunda hingga persebaran Covid-19 di tanah air mereda. 

"Jika situasi sudah aman pasti pagelaran pentas seni akan kembali kami izinkan. Sekarang belum, apalagi setelah 20 peserta demo kami rapid test ternyata ada 2  yang reaktif", tegas bupati.


Doa bersama dan potong tumpeng mewarnai aksi unjuk rasa pegiat seni Kabupaten Pati

Dua peserta aksi itu, lanjut bupati, kini kini sudah dikarantina di Hotel Kencana Jalan Kartini Pati untuk kemudian dilakukan swab test

"Satu seniman yang reaktif berasal dari Tayu dan satunya lagi dari Juwana", lanjutnya. 

Hal itu pula yang kemudian menjadikan  bupati semakin tegas untuk menunda izin pertunjukan seni di masa pandemi, yang berpotensi menimbulkan kerumunan massa. 

"Baru dirapid secara acak 20 orang saja, sudah ada dua orang yang reaktif, bayangkan kalau ada hiburan panggung terbuka. Kami khawatir justru akan muncul klaster - klaster baru", terangnya lagi.


Peserta aksi menjalani rapid test, 2 dinyatakan reaktif

Haryanto meyakinkan, keputusan itu terpaksa dia ambil demi kebaikan seluruh warga  Kabupaten Pati. 

"Tidak perlu didemo pun kalau situasi sudah kondusif dan sebaran corona di Pati dan daerah-daerah sekitarnya menurun, pasti akan kami izinkan. Jadi mohon bersabar demi kebaikan bersama", pinta Haryanto.

Sebagaimana diketahui, ratusan pegiat seni terdiri atas seniman kethoprak, wayang kulit, tayub, barongan, dan kelompok ikutannya, meminta kepada Pemerintah Kabupaten Pati mengizinkan pementasan kesenian, dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.

Menurut mereka, pelarangan pentas membuat sumber penghasilan dan perekonomian keluarga menjadi mandeg, apalagi pada bulan Apit dan Besar (bulan Jawa), saat ini, biasa ramai tanggapan.

(RM. Usman)

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.