Pati, RadarMuria.Com- Tanggal 7 November kemaren, SPTD (Serikat Pekerja Tingkat Desa) Desa Waturoyo Kecamatan Margoyoso, genap berusia 20 tahun.
Penggagas dan pendiri SPTD, Adjar Trisno mengungkapkan, mula dibentuknya organisasi itu bertujuan untuk mewadahi pekerja yang ada di desa tersebut, khusus tenaga bongkar ketela di perusahaan tepung tapioka yang berdiri di wilayah Desa Waturoyo, yang tersentra di perbatasan dengan Desa Ngemplak Kidul.
Ditengah masyarakat, para pekerja itu dikenal dengan sebutan penyu (hewan sejenis kura - kura).
Logo SPTD, sederhana dan minimalisUniknya, Adjar menuturkan, organisasi ini tidak serumit sebagaimana organisasi yang ber-Akta Notaris dan yang ber-Badan Hukum, yang lazim diterapkan oleh sebuah serikat buruh atau apapun namanya.
"Dengan kata lain, organisasi ini bergaya 'ekstrim'. Artinya, dengan manajemen gatholocho dalam tertib administrasi organisasi", tutur Adjar yang juga jurnalis senior di Kabupaten Pati.
Penyebutan gatholocho itu sendiri, menurutnya, juga tidak lazim dalam pengelolaan sebuah organisasi.
"Yang penting implementasinya, yakni niat jujur dengan motto Dari Pekerja Oleh Pekerja Untuk Pekerja. Itu saja", tegas Adjar.
Yang ekstrim, ungkapnya, SPTD ini berani menghapus sebutan penyu (menyu) yang sudah melegenda di kalangan pekerja tersebut, yang tidak hanya berasal dari desa setempat tetapi hampir di seluruh wilayah Kecamatan Margoyoso.
"Alhamdulillah, sampai sekarang antara SPTD dan pengusaha tapioka di Desa Waturoyo bisa bekerja saling pengertian", ungkap Adjar yang juga Ketua Paguyuban Surodipo Waturoyo (Surodipo Center Pati).
Kepengurusan SPTD terdiri atas Ketua Harian Ta'in, Sekretaris Kusnadi dan Bendahara Abdullah.
Selaku Pendiri dan Penasehat organisasi adalah Adjar Trisno (Jurnalis non aktif) dan Suwidji (Pemdes Waturoyo) serta Pelindung yaitu Kepala Desa Waturoyo.
"Semoga dalam usianya yang ke-20 tahun ini, SPTD selalu diberi kelancaran dan dapat membawa kebahagiaan bagi seluruh keluarga besar", harap Adjar Trisno.
(RM. Usman)
0 komentar:
Posting Komentar